Proses pembuatan kerajinan gerabah adalah dengan memanfaatkan tanah lempung, hanya perlu diketahui bahwa tidak semua tanah dapat dibentuk dan dijadikan tembikar. Sebelum tanah dibentuk menjadi sebuah kerajinan, tanah tersebut akan digiling dulu menggunakan alat penggiling tanah. Tujuan dari menggiling tanah ini agar tanah betul-betul tercampur homogen, masif dan tidak ada campuran benda lain seperti batu, krikil atau pasir.
Jika tanah yang akan digunakan untuk membentuk tembikar tidak diolah dulu, maka dipastikan saat proses pembakaran, tanah tersebut akan pecah dikarenakan masih adanya campuran bahan lain dan tanah tidak tercampur homogen.
Kali ini kami dari CraftKasongan akan sedikit mengulas tentang kerajinan gerabah yang menjadi mata pencaharian utama di Desa Wisata Kasongan, yang dilahirkan turun-temurun. Silahkan membacanya sampai tuntas
Jenis Tanah Untuk Gerabah
Jenis tanah yang akan dibuat tembikar/gerabah baik untuk hiasan, tempat minum, guci, pot, tempat masak atau peralatan masak lainnya seperti anglo berbeda-beda. Masing-masing jenis tidak dapat disubtitute atau ditukar. Karena jenis tanah untuk hiasan jika digunakan untuk membentuk peralatan masak atau minum akan bocor atau pecah lagi jika terkena panas berulang dalam jangka waktu yang lama.
Jenis tanah untuk membuat tempat minum seperti gelas, cangkir, teko ataupun kendi, memiliki kerapatan yang lebih dibanding jenis tanah untuk souvenir. Hal ini menjadikannya tidak bocor saat diisi dengan air.
Sedangkan jenis tanah yang digunakan sebagi peralatan masak seperti wajan, panci, kendi minum atau anglo untuk kompor masak, adalah jenis tanah yang memiliki nilai muai yang tinggi dan fleksibel. Dimana jika terkena suhu panas tinggi berkali-kali dalam jangka waktu yang lama tidak pecah dan tidak bocor.
Untuk jenis tanah yang digunakan sebagai souvenir seperti asbak, pot bunga, wastafel, gentong atau guci juga memiliki perbedaaan. Semakin memiliki nilai ekonomis rendah maka jenis tanahnya juga semakin jelek dan murah.
Dari penjelasan di atas, maka jenis tanah yang digunakan untuk kerajinan gerabah dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu :
Tanah Hitam
Tanah Merah
Tanah Hitam
Jenis tanah ini sifatnya ulet, liat dan berwarna hitam, tahan terhadap panas dan memiliki pori-pori yang sangat rapat. Dari jenis tanah hitam ini dapat dibuat produk gerabah/tembikar untuk keperluan memasak seperti anglo, panci masak, gelas, teko dan kendi.
Anglo
Anglo adalah alat untuk memasak seperti kompor, terbuat dari tanah liat dan berbahan bakar arang atau kayu.
Perbedaannya dengan kompor adalah anglo tidak memiliki ruang pembakaran tertutup, sehingga pengaturan besar kecilnya api tergantung dari seberapa banyak bahan bakar yang digunakan dan dimasukkan ke dalam ruang bakar.
Gerabah Anglo sudah dikenal sejak jaman dulu, dan salah satu yang diketahui adalah ditemukannya anglo dengan ukiran pada jaman Kerajaan Majapahit.
Wajan/Panci Masak
Gerabah unik lain yang dapat kalian temui di sini adalah alat masak berupa wajan dan panci.
Wajan atau panci yang terbuat dari tanah liat cita rasanya akan lebih sedap dibanding dengan yang dimasak di wajan atau panci yang terbuat dari besi, seng atau tembaga.
Hal ini dikarenakan tanah liat bersifat pH basa, yang bisa menjaga keseimbangan keasaman pada air, khususnya masakan.
Selain itu, tanah liat sebagai bahan dasar dari wajan dan panci tersebut tidak beracun, dapat mengunci uap air, mempertahankan nutrisi, menjaga keawetan panas makanan dan ramah lingkungan.
Panci dan wajan yang terbuat dari tanah liat masih dapat dengan mudah ditemui di pedesaan di Indonesia, atau di restoran-restoran terkemuka yang mengedepankan higenitas, etnik dan budaya.
Gelas Tanah Liat
Gerabah unik berikutnya adalah gelas. Sama seperti wajan dan panci di atas, gelas yang dibuat dari tanah liat memiliki keistimewaan tersendiri, dimana jika kita meminum air darinya akan terasa lebih segar.
Hal itu terjadi karena gelas yang terbuat dari tanah liat memiliki pori-pori halus yang dapat melepaskan panas yang terkandung didalamnya. Untuk itu kita sering melihat gelas yang sedikit berembun dibagian luarnya dikarenakan proses ini.
Penggunaan gelas tanah liat masih sering kita jumpai di pelosok desa yang masih mempertahankan ketradisionalannya, dan di restoran-restoran terkemuka yang ingin menampilkan kesan unik, etnik, eksotik dan tradisional.
Teko Tanah Liat
Sama seperti gelas yang terbuat dari tanah liat di atas, teko tempat menyimpan air yang terbuat dari tanah liat ini terbukti lebih menyegarkan dan menyehatkan.
Hal-hal di atas berdasarkan sifat tanah yang basa, mengurangi keasaman, menetralkan, mengandung banyak mineral dan dapat membuat air yang disimpan didalamnya menjadi lebih dingin.
Perpaduan penggunaan teko dan gelas dari tanah liat ini akan membawa keuntungan tersendiri saat sedang mengkonsumsi air, serasa meneghuk air mineral langsung dari mata air pegunungan.
Tanah Merah
Berbeda dengan tanah hitam, jenis tanah merah memiliki sifat kebalikannya, berpori-pori lebih besar, sehingga rembes air, tidak tahan terhadap panas tinggi, kurang ulet dan kurang liat. Produk-produk yang dihasilkan dari tanah merah ini antara lain guci, pot, asbak dan aneka suvenir.
Guci
Guci produksi pengrajin dari Desa Wisata Kasongan adalah salah satu yang paling laku dan digemari pasar, baik lokal maupun internasional.
Guci ada berbagai macam bentuk dan ukuran, dari yang kecil sampai dengan besar, dari yang polosan sampai dengan yang bermotif. Semua memiliki daya tariknya sendiri-sendiri.
Yang menjadi menarik dari produk guci adalah keunikannya dalam proses, dimana untuk membentuk sebuah guci dibutuhkan keahlian membentuknya dengan tangan terampil di atas batu putar.
Adonan tanah dan teksturnya juga khusus, tidak terlalu keras atau terlalu lembek, dan wajib homogen tanpa ada campuran.
Dalam produksinya, tanah lempung akan ditaruh di atas batu putar, kemudian dibentuk dengan tangan sesuai dengan pesanan.
Pot
Selain guci, bentuk kerajinan yang diminati adalah pot untuk tanaman hias. Pembuatan pot ada yang menggunakan sistem putar, dan ada juga yang menggunakan cetakan.
Pot yang dibentuk dengan diputar bentuknya sudah pasti lingkaran, sedangkan yang dicetak kebanyakan berbentuk persegi.